Contoh Resensi Buku : Novel Dalam Mihrab Cinta


Embun di Balik Mentari
Oleh : Zatul Omaira


Judul buku                  : Dalam Mihrab Cinta
Penulis                         : Habiburrahman El Shirazy
Judul Resensi              : Embun di 
Penerbit                       : Republika & Pesantren Basmala
Cetakan ke                  : 5
Tahun terbit                 : 2007
Jumlah Halaman          : 328
Dimensi Buku             : 20,5 cm

            Banyak yang mengatakan curiga itu sifat syaitan, terbuktrai kebenarannya. Menghakimi seseorang karena kecurigaan yang berlebihan, pada akhirnya menciptakan sejuta penyesalan yang mendalam. Manusia, selalu memuji kebenaran semu. Mereka selalu menilai dari luarnya saja, tanpa tahu bahwa itu adalah wujud dari bangkai yang tertimbun. Harta, tak selamanya mampu menutupi sempah, karena pada akhirnya bau busuk itu akan tercium juga. Seperti berlian walaupun di dalam lunau akan tetap tampak sinarnya. Ibarat pepatah Jawa Becik ketitik olo kethoro” (kebenaran akan tampak dan kejahatan akan terlihat).
            Kesendirian membuat hidup terasa  penuh beban. Sahabat, mungkin satu-satunya orang yang mapu menampung semua keluh kesah, jika dia benar-benar tulus. Terkadang, orang yang kita anggap sahabat tanpa tersadari ternyata musuh di balik selimut. Tak ada yang mampu menggambarkan bagaimana perihnya, bak hati sudah tak berwujud lagi. Seperti yang tertuang dalam Roman Dalam Mihrab Cinta”
            Dalam roman ini, Kang Abik menyuguhkan tiga novelet pembangun jiwa untuk para penikmat sastra islami. Novelet yang pertama adalah “Takbir Cinta Zahrana” yang mengisahkan tentang seorang muslimah yang sangat menekuni karirnya sebagai seorang dosen, hingga ia mengesampingkan untuk menikah. Hingga, pada suatu saat kedua orangtuanya terus mendesak agar Zahrana segera menikah karena usianya yang  telah 34 tahun. Zahrana tetap bersabar dan yakin bahwa Allah telah menyiapkan yang terbaik untuknya. Cobaan terus datang ketika Zahrana menolak pinangan atasannya Pak Sukarman yang sudah berusia 55 tahun, hingga memaksanya untuk keluar dari universitas tempat ia mengajar dan banyak mahasiswa/inya yang sedih karena Zahrana memutuskan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak logis, Hasan salah satunya.
            Akhirnya Zahrana memilih mengajar di Ponpes Al-fattah. Setelah beberapa bulan mengajar di ponpes tersebut, Zahrana memberanikan diri  untuk meminta pada bu Nyai agar dicarikan jodoh yang tepat menurut bu Nyai untuknya. Setelah bertemu dan merasa cocok dengan Rahmat, calon yang diusulkan bu Nyai dan Pak Kiai, mereka memutuskan tanggal dan hari H pernikahannya. Namun, tak disangka musibah kembali menimpa zahrana, calon suaminya meninggal di malam pernikahan mereka. Lalu, bagaimanakah kisah Zahrana selanjutnya? Dan siapakah jodoh untuk Zahrana?
            Novelet kedua yaitu “Dalam Mihrab Cinta” menceritakan lika-liku kehidupan Syamsul Hadi, santri dari Ponpes Al-Furqan yang dikeluarkan secara tidak hormat karena difitnah oleh sahabatnya sendiri, Burhan. Tak hanya itu, tekanan dari keluarganya menyebabkan Syamsul memilih pergi dari rumah untuk membuktikan kebenaran dan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Da’i terkenal. Hingga suatu saat, ia tertangkap karena mencoba mencopet. Berita ini bahkan disarkan di televise, untungnya ia menyamar menjadi Burhan dan di penjara selama 6 bulan. Keluarganya sangat terpukul, hanya Nadia yang tidak percaya bahwa kakaknya telah menjadi seorang pencopet, hingga ia memastikannya, namun apa mau dikata, ternyata benar itu adalah Syamsul. Setelah menebus Syamsul dengan uang tabungannya, ia pulang namun Syamsul pergi entah kemana.
Ternyata, setelah menemukan tempat tinggal di Parung Barat, syamsul kembali kehabisan uang, sedangkan ia belum mempunyai pekerjaan dan enggan untuk meminjam. Lalu, ia nekat untuk mencopet lagi dengan bekal yang diberikan oleh kedua Napi di dalam penjara. Ia berhasil menjarah beberapa dompet dan mendapatkan uang yang lumayan, hingga ia melihat tulisan dibalik foto salah satu korbannya dan mengetahui bahwa itu adalah calon tunangan Burhan, musuhnya. Sambil mencari tahu tentang Silvi, ia mendapatkan pekerjaan sebagai ustad. Bagaimanakah kelanjutan kisah syamsul?
Novelet ketiga yaitu “Mahkota Cinta”  mengisahkan perjalanan hidup Ahmad Zul, mahasiswa pasca sarjan Indonesia yang sedang meraih cita-citanya di universitas tertua Malaysia (UM). Bekerja sambil kuliah bukanlah hal yang mudah bagi Zul, bahkan waktu untuk istirahat pun hamper tak ada. Namun, tak pernah ada kata putus asa baginya. Di awal perjalannya menuju Negeri Jiran, ia bertemu dengan Siti Martini seorang TKW Indonesia yang bekerja di pabrik kertas Malaysia. Banyak hal yang terjadi antara Zul dan Mari dalam peerjalanan mereka. Bahkan, Zul memiliki begitu banyak hutang budi pada Mari. Kesalahpahaman antara Zul dan Mari yang pada akhirnya membuat mereka bersatu. Lantas, apakah yang terjadi antara Zul dan Mari?
Tema cinta dan dakwah adalah ruh dari setiap goresan-goresan kang Abik. Tulisan-tulisannya mampu menjadi inspirasi dan motivasi, ternyata ada embun di balik mentari. Karya-karyanya sangat menyentuuh jiwa, seolah-olah semua yang dikisahkan itu nyata bahkan mampu menghipnotis pembaca denagn konflik yang diliak-liukkan dan tak terduga sama sekali. Ciri khas dari novel-novel Kang Abik adalah selalu berakhir bahagia (happy ending) karena ia tak mau membuat para pembacanya kecewa. Namun hal itu membuat para pembaca lebih mudah menebak akhir dari cerita tersebut meskipun konfliknya diliak-liukkan sedemikian rupa. Akan tetapi, saran-saran di dalam setiap novelnya adalah pembangun jiwa yang sangat efektif.