Cerita Hujan



Hujan...

Hari ini kau kembali hadir. Kau sumber inspirasi terbesarku. Tiap tetesanmu yang terjatuh bagai pintalan sutra tiada akhir. Meski terkadang, kau datang bersama halilintar yang menggelegar, menyisakan ketakutan yang begitu dahsyat,  bahkan merenggut nyawa insan tak berdosa. Meski demikian aku tetap mencintaimu.

Bersama derasnya air langit yang mengalir di udara, Tuhan mengirimkan seribu berkah bagi hamba-Nya yang setia akan kasih sayang pada-Nya. Hujan, kau bukan saja sumber inspirasi bagi yang mencintainya, terkadang tersimpan sejuta kenangan manis bersama hadirmu.

Kesenduan yang tercipta saat kau datang, menganugerahkan seribu nyanyian yang terekam dalam simfoni jiwa.

Rabbi….

Terima kasih telah membiarkan hujan-Mu memberiku sejuta kenangan indah yang takkan terlupakan hingga nanti, saat aku kan kaku bersama timbunan tanah merah…

Setetes embun untuk senyuman termanis
#Latepost
080713/06.22PM
Zatul Omaira

Aku, Kamu dan Pelangi


Percikan air langit membasai wajahku. Awan kelabu mengepul di angkasa bagai kumpulan domba. Hiruk pikuk kendaraan amat riuh. Kemacetan mulai terjadi. Kulirik arloji di tanganku, pukul 17.20 WIB. Pantas saja, ini memang jam sibuk lalu lintas.

Rintik hujan semakin deras. Aku mulai panik, jarak ke kostan masih sangat jauh dan lalu lintas sangat padat. Kupikir berserah pada Allah adalah hal terbaik. Dan benar saja, hanya beberapa saat saja rintik hujan menghilang. Kepulan awan kelabu perlahan menjauh. Dari barat pertiwi tampak sinar jingga mentari merona indah. Dan di bagian utara, di kelabu angkasa sinar 7 warna terbentang indah bagai sayap sang bidadari. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu berpadu satu menjadi pelangi. Bersinar indah menyerap seluruh beban pikiran siapapun yang mencintainya.

Sepanjang perjalanan mataku tak sedetikpun melepas keindahannya. Bahkan ketika kembarannya muncul. Suatu fenomena alam yang menakjubkan. Ya, pelangi memanglah hanya busur spektrum warna besar berbentuk lingkaran yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Tetapi, ia menyimpan sejuta kenangan bagi yang mencintainya.

Pelangi petang itu kembali mengingatkanku pada pertemuan terakhir kita. Saat kamu menatapku dalam dan mengungkapkan isi hatimu. Namun aku hanya tertawa, menganggapnya sebuah lelucon. Lalu pergi meninggalkanmu dengan perasaan yang tak dapat kudeskripsikan. Aku bahkan tak pernah tahu bagaimana raut wajahmu saat itu bahkan hingga kini, ketika aku benar-benar merindukanmu dan tak pernah tahu bagaimana kabarmu. Setelah pertemuan itu kau benar-benar menghilang. Lenyap, seolah di telan bumi.

Aku tak tahu entah kau juga melihat pelangi kembar petang kemarin. Entah kau masih mengingat pertemuan terakhir kita. Entah kau masih merindukan persahabatan kita. Atau mungkin kau telah melupakan segalanya dan pergi dengan luka di hatimu. Menjauh membawa kebencian pada diriku.

BNA, 121014
Edisi percobaan mengulang hobi... :))
Zatul Omaira