Petang Lalu

Petang lalu..
Kau datang tergopoh-gopoh.
Dengan baju kumuhmu,
Matamu menatapku seakan mohon iba…

Petang lalu…
Dengan wajah kusam dan peluh yang mengalir deras,
Kau ungkap perihmu…
Kau ciptakan suasana seperih mungkin,
Seakan kau lupa pada laraku..
Seakan kau tak pernah menoreh luka padaku…

Petang lalu…
Dengan deraian air mata…
Kau tiba,
Mengeruk kembali dukaku…

Di batas asa…
24042014
Zatul Omaira

Pengagum Rahasia #6


“Ra… Rara…”

“Eh Nia, ada apa?”

“Kamu dicariin bu Rika, mending langsung ke kantor aja deh.”

“Oh oke, makasi ya..”

“Iya sama-sama.”

“Tidak biasanya bu Rika mencariku, pasti ada yang gak beres nih..” batinku sembari mempercepat langkah menuju kantor dewan guru.
***

“Rara! Kenapa nilai ujianmu bisa anjlok gini?”

“An.. anjlok? Maksud ibu?” tanyaku kebingungan.

“Kamu lihat, nilai ujian matematikamu cuma 30, biasanya nilai kamu selalu di atas 80. Apa yang terjadi? Kamu enggak belajar?”

“Ta..tapi bu. Itu enggak mungkin. Saya belajar kok, ibu boles tes ulang. Saya bersedia untuk ikut ujian kembali.”

“Percuma saja kamu ujian ulang, saya yakin nilainya gak akan jauh beda dari yang sekarang.” Vonis bu Rika yang nyaris meluluhkan butiran bening di mataku.”

“Maaf bu, saya tetap ingin mengulangnya. Karena saya yakin sekali, semua soal ujian tersebut insyaallah bisa saya selesaikan dengan benar. Sebelumnya, bolehkah saya melihat lembar jawabannya?” tanyaku hati-hati.

“Untuk apa?” tanya bu Rika lagi.

“Enggak bu, cuma ingin memastikan saja, itu lembar jawaban saya atau mungkin ada yang menukarnya.” Jawabku mantap.

Lalu bu Rika pun memberikan lembar jawaban itu. Kuteliti dengan seksama, ternyata dugaanku benar. “Itu bukanlah lembar jawaban yang kuisi ketika ujian. Ada yang sengaja menukarnya, tapi siapa?” batinku bertanya.

“Bagaimana Rara?” tanya bu Rika.
Aku segera tersadar dari lamunanku.

“Bolehkah saya ikut ujian ulang bu?”

“Kenapa harus ujian ulang, kamu tidak yakin dengan lembar jawaban itu?”

“Maaf sebelumnya bu, tapi saya bisa membedakan mana yang lembar jawaban saya asli dan mana yang palsu. Bukan bermaksud untuk seudzon, tapi saya yakin bahwa ada yang sengaja menukar lembar jawaban saya. Dan buktinya adalah, saya selalu membulatkan jawaban dimulai dari tengah lingkaran, bukan dari pinggir. Tapi di sini, pembulatan jawaban dimulai dari pinggir. Ini adalah lembar jawaban ujian bahasa Indonesia saya, dan ini asli. Silahkan ibu lihat untuk membedakannya.” Jelasku panjang lebar.

Beberapa saat lamanya bu Rika memperhatikan kedua lembar jawaban itu. Mata sipitnya dengan teliti menerawang dan mencari perbedaan di antara keduanya. Selama itu pula, jantungku berdetak amat kencang, aku sangat takut.

“Rara….” Panggil bu Rika.

“Iya bu, bagaimana?” tanyaku gemetaran.

“Kamu boleh ikut ujian ulang. Besok, ketika ada jam pelajaran kosong, kamu temui saya di kantor, tapi soalnya saya ganti, mengerti?” tegas bu Rika.

“Alhamdulillah, baik bu. Terima kasih…” jawabku gembira.

“Sama-sama. Silahkan kembali ke kelas.”

Aku pun segera meninggalkan kantor dewan guru. Dalam perjalanan, beribu pertanyaan memenuhi otakku. “Siapa yang menukarkan lembar jawabanku? Mengapa dia setega itu padaku? Apa salahku padanya? Apa mungkin itu ulahnya….?” Ahh, kubuang jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan bodoh itu. Ku serahkan semua pada Allah, mungkin ini hanya ujian kesabaran dari-Nya.

Bersambung…

My Sweet Room | 18042014
Zatul Omaira