“Ra…
Rara…”
“Eh
Nia, ada apa?”
“Kamu
dicariin bu Rika, mending langsung ke kantor aja deh.”
“Oh
oke, makasi ya..”
“Iya
sama-sama.”
“Tidak
biasanya bu Rika mencariku, pasti ada yang gak beres nih..” batinku sembari
mempercepat langkah menuju kantor dewan guru.
***
“Rara!
Kenapa nilai ujianmu bisa anjlok gini?”
“An..
anjlok? Maksud ibu?” tanyaku kebingungan.
“Kamu
lihat, nilai ujian matematikamu cuma 30, biasanya nilai kamu selalu di atas 80.
Apa yang terjadi? Kamu enggak belajar?”
“Ta..tapi
bu. Itu enggak mungkin. Saya belajar kok, ibu boles tes ulang. Saya bersedia
untuk ikut ujian kembali.”
“Percuma
saja kamu ujian ulang, saya yakin nilainya gak akan jauh beda dari yang
sekarang.” Vonis bu Rika yang nyaris meluluhkan butiran bening di mataku.”
“Maaf
bu, saya tetap ingin mengulangnya. Karena saya yakin sekali, semua soal ujian
tersebut insyaallah bisa saya selesaikan dengan benar. Sebelumnya, bolehkah
saya melihat lembar jawabannya?” tanyaku hati-hati.
“Untuk
apa?” tanya bu Rika lagi.
“Enggak
bu, cuma ingin memastikan saja, itu lembar jawaban saya atau mungkin ada yang
menukarnya.” Jawabku mantap.
Lalu
bu Rika pun memberikan lembar jawaban itu. Kuteliti dengan seksama, ternyata
dugaanku benar. “Itu bukanlah lembar jawaban yang kuisi ketika ujian. Ada yang
sengaja menukarnya, tapi siapa?” batinku bertanya.
“Bagaimana
Rara?” tanya bu Rika.
Aku
segera tersadar dari lamunanku.
“Bolehkah
saya ikut ujian ulang bu?”
“Kenapa
harus ujian ulang, kamu tidak yakin dengan lembar jawaban itu?”
“Maaf
sebelumnya bu, tapi saya bisa membedakan mana yang lembar jawaban saya asli dan
mana yang palsu. Bukan bermaksud untuk seudzon, tapi saya yakin bahwa ada yang
sengaja menukar lembar jawaban saya. Dan buktinya adalah, saya selalu
membulatkan jawaban dimulai dari tengah lingkaran, bukan dari pinggir. Tapi di
sini, pembulatan jawaban dimulai dari pinggir. Ini adalah lembar jawaban ujian
bahasa Indonesia saya, dan ini asli. Silahkan ibu lihat untuk membedakannya.”
Jelasku panjang lebar.
Beberapa
saat lamanya bu Rika memperhatikan kedua lembar jawaban itu. Mata sipitnya
dengan teliti menerawang dan mencari perbedaan di antara keduanya. Selama itu
pula, jantungku berdetak amat kencang, aku sangat takut.
“Rara….”
Panggil bu Rika.
“Iya
bu, bagaimana?” tanyaku gemetaran.
“Kamu
boleh ikut ujian ulang. Besok, ketika ada jam pelajaran kosong, kamu temui saya
di kantor, tapi soalnya saya ganti, mengerti?” tegas bu Rika.
“Alhamdulillah,
baik bu. Terima kasih…” jawabku gembira.
“Sama-sama.
Silahkan kembali ke kelas.”
Aku
pun segera meninggalkan kantor dewan guru. Dalam perjalanan, beribu pertanyaan
memenuhi otakku. “Siapa yang menukarkan lembar jawabanku? Mengapa dia setega
itu padaku? Apa salahku padanya? Apa mungkin itu ulahnya….?” Ahh, kubuang
jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan bodoh itu. Ku serahkan semua pada Allah,
mungkin ini hanya ujian kesabaran dari-Nya.
Bersambung…
My Sweet Room | 18042014
Zatul Omaira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar