Untuk yang Tak Bernilai


Masih ingatkah???
Saat pertama kali kita bertemu? Saat itu kita masih sangat polos. Belum mengerti banyak hal berat yang akan kita hadapi seperti saat ini. Kita masih berbicara dengan kosa kata yang belum sempurna, vocal yang cadel, dan tatapan penuh kepolosan. Iya, ketika kita masih bersama lollipop dan balon.
Waktu terus berputar Kita mulai tumbuh menjadi sosok-sosok harapan penerus yang dicita-citakan. Globalisasi mengajarkan kita banyak hal, bahwa hidup tak semudah yang kita kira saat itu---- dulu.
Kini, kita masih bersama. Masih ada dalam tawa dan tangis yang sama. Kita masih ditanah yang sama, masih di keindahan alam yang sama. Tapi, kita takkan bisa selamanya bersama, ada banyak hal yang akan memisahkan kita. Hanya memisahkan raga, tidak dengan jiwa dan cinta kita.
Benar, kita__ aku dan kamu.
Rangkulanmu masih terasa begitu hangat. Kau selalu ada saat aku butuh bahkan tanpa harus ku panggil namamu, kau hadir membawa seberkas cahaya yang selalu menyinariku.
Masihkah kau ingat?
Ketika hati kita benar-benar berkecamuk, kita saling memberi, kita saling menguatkan, agar bisa melewati rintangan curam itu. Canda tawa yang tak pernah hilang dalam tiap pertemuan, itu membuatku terlalu berat tuk meninggalkanmu, walau sesaat.
Jika dulu kita hanya menyebut ini pertemanan. Ternyata masa mampu membawanya hingga ke level yang lebih baik__ level persahabatan.
Banyak yang mengatakan sangat mudah memecahkan semua babak dan melaju ke babak akhir ini. Nyatanya, mereka hanya terpaku dalam diam saat aku meminta mereka membuktikannya.
Mereka yang tak pernah mengenal arti sebuah persahabatan, tak mungkin bisa merasakan sesulit apa kita melangkah hingga bisa memainkan game ini. Ada jutaan air mata, ada ribuan tusukkan, bahkan ratusan benang yang merajut hati saat kita melewati masa-masa sulit.
Saat mereka menghunjam raga kita dengan tatapan-tatapan sinis, kita masih tersenyum. Saat mereka mencoba menerjang tembok kepercayaan yang sedang kita bangun, kita masih bisa menahannya. Sampai pada akhirnya, ledakan hebat dihati kita menyatukan rasa dan jiwa hingga sulit untuk dileburkan.
Lem instant, mungkin cocok menggambarkan kebersamaan kita. Ketika ia melekat sangat sulit untuk dilepaskan. Meskipun begitu, gejolak masa yang terus menerus pasti akan bisa memisahkannya--- cepat atau lambat.
Kau tahu?
Kau terlalu berharga untukku hingga milyaran huruf yang terangkai menjadi jutaan kalimat takkan pernah bisa menggambarkan besarnya cinta dan kasihku padamu. Andaipun kau bertanya, betapa pentingnya ikatan kita bagiku? Aku takkan pernah bisa menjawabnya, karena sebuah persahabatan tak bisa berarti hanya dengan kata-kata.
Begitu banyak lobus-lobus kosong yang tersisa di relung hati. Tapi, aku tak ingin menempatkanmu disembarang tempat. Kau ada dilabos terbaik setelah mereka kedua malaikatku. Mengapa? Karena aku hanya ingin mengenang kisah kita, saat aku bersama mereka dan aku bersama denganmu.
Andai kau bertanya, mengapa aku memilih menempatkanmu setelah mereka, tidak setelah dia yang dikirim Tuhan? Pertanyaanmu sangat membingungkan. Aku harus memilih salah satu diantara dua kebutuhan yang keduanya harus kupenuhi….nasi dan air.
Kau tahu sayang? Aku jelas akan memilih air putih. Mungkin dengan air aku bisa bertahan untuk beberapa saat, tapi bisakah aku hidup hanya dengan nasi. Jika aku memilih nasi, mungkin detik itu juga aku akan pergi, hilang bersama rongsokan masa.
Benar, kau sangat berharga untukku hingga membayangkan sebuah perpisahan saja aku tak mampu, bagaimana lagi jika kita harus melakukannya? Rasanya seperti kehilangan sebagian jiwa yang membuatku frustasi sepanjang waktu.
Aku sadar, seberapa eratpun genggaman kita, pada akhirnya kita harus saling melepaskan. Dan saat itulah sebuah keikhlasan mengajarkan kita seberapa berarti kebersamaan kita.

Aku tak bisa mendefinisikan dengan kata-kata yang indah,
karena kau terlalu indah dalam kenanganku
kau memang tak bernilai, tapi sangat berharga
Zatul Omaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar