Tanpa Alasan


Hadir dari sekejap pandangan
Melekat, lalu membelah terus menerus
Berlipat ganda hingga membentuk sebuah sel yang memiliki makna,
Bukan sel yang terlihat di balik mikroskop
Hanya mata hati yang bisa melihatnya,
Butuh perasaan yang amat peka tuk bisa merasakannya
Ia datang tiba-tiba kepada siapa saja, tanpa memandang waktu dan tempat
Tak perlu menunggu kematangan persiapan,
Ia tumbuh dan menjelma menjadi rasa yang sulit diungkapkan
Tak ada alasan mengapa harus merasakannya?
Tak pernah bisa dimengerti mengapa harus untuknya ia terjelma?
Semua akan merasakannya __Cinta
Mungkin ia bukanlah kata yang tabu didengarkan,
Bukan perasaan langka yang dialami
Juga bukan ungkapan yang mudah dimaknai
Di sini, bersama semilir angin yang berhembus kencang
Ada kerinduan yang kutitipkan untuknya,
Entah ia merasakannya, aku tak tahu
Andai ia bertanya alasan kumerindukannya?
Alasan mencintainya?
Aku memilih diam dan terpaku pada reruntuhan dedaunan
Aku tak akan bisa menjawab pertanyaan itu
Aku tak bisa merangkai kalimat apik tuk mengertikannya
Karena merindukan dan mencintai….
Tak bisa diapresiasikan melalui deretan huruf yang tersusun rapi….


Dapatkah kau temukan alasan merindui….???
Zatul Omaira

Asa di Batas Waktu


Pekatnya malam datang menaburkan sepi di kalbu..
Mengambangkan imajinasi dalam goresan sajak pahit manis 
Pada runtuhan dedaunan..
Menepiskan tawa yang membelengu luka lama menikam ulu hati..
Mengetuk jiwa yang terlelap dalam kerinduan..
Hadirmu bagai hembusan angin pedang..
Menyejukkan, namun sekejap saja mampu membunuh rasaku..
Menelangsakan jiwa seperti nyawa tak lagi di ragaku..
Larut pada kefanaan cinta yang menyisakan maja dalam kisah..
Laksana ilalang bersemi di sahara..
Biarkanku hancur terurai bak biasan cahaya
Meraung di atas serpihan perahu hati, 
Merekahkan layar mengarungi samudera..
Tuk mengasuh rindu yang tertelan senja..
Hingga asaku terlantar di batas waktu…

Coretan Pena : Zatul Omaira


Kodratku Bukan Kelemahanku


Rona senja begitu indah
Seindah asa dalam balutan kodratku
Terkadang membuatku harus berhenti ketika langkahku tlah maju
Mengharuskanku meratapi takdir di pelupuk mata…
Tidak… …
Hatiku menjerit, membarakan kobaran semangat di jiwaku…
Gema takbir seolah merembes di setiap sudut semesta..
Meyakinkanku tuk terus tegar di balik cadar hitamku..
Meski kutahu ini bukan tuntutan kodratku..
Tak bisa ku hanya diam dalam tsunami air mata di ranah jiwaku..
Bersama teriakan asma-Mu dan tangisan bayi-bayi tak berdosa..
Aku berlari di antara jutaan roket yang meluncur di angkasa
Membawa sebongkah kerikil ‘tuk melindungi keyakinanku..
Melindungi pedoman suci dari perjuangannya…
Walau kutahu raga dan jiwaku harus terpisah…
Namun, rindu pada-Mu, kerinduanku pada kekasih-Mu..
Membendung rasa takutku, membiarkanku untuk menyorakkan kebesaran-Mu…
Aku seorang wanita..
Makhluk lemah di mata manusia, tapi..
Ku Diciptakan dari kelembutan embun pagi …
Tuk menyejukkan hati dan jiwa yang mencintaiku….
(Puisi ke II yang dibukukan dalam event perdana Annisa, buku "Istimewa", penerbit Asrifa)
 

Coretan Pena : Zatul Omaira