Ternyata
Hijriah telah berganti. Perjalanan waktu benar-benar tak terasa dan tak ada
yang dapat menghentikannya. Hampir seperempat abad hidup ditengah-tengah hiruk
pikuk dunia ini, belum ada hal yang patut dibanggakan dari sosokku.
Aku
masih menanti purnama hadir di sana. “Ahh, inikan bulan baru, bagaimana mungkin
akan datang sang purnama?”. Otakku benar-benar sudah tidak rasioanal. Iya,
semenjak kita dipertemukan takdir (tepatnya).
“Tuan!!
Saya selalu memimpikanmu. Saya selalu merindukanmu. Saya selalu menangis karena
dada saya sesak dengan hasrat tentangmu. Dapatkah kamu membantuku keluar dari
semua permasalahan ini?”
“Tuan!!
Aku bingung harus menyalahkan siapa? Aku tak tahu bagaimana awalnya hingga aku
terpuruk karenamu. Padahal aku belum mengenalmu sedalam aku mencintaimu. Kita juga
baru bertemu beberapa waktu lamanya, namun pantaskah jika sekejap saja saya
langsung jatuh hati padamu. Sihir apa yang kamu gunakan sampai membuatku segila
ini?”
Dalam
gemerisik angin malam, dalam senyapnya suara jangkrik, selalu terngiang jelas
suaramu, tawamu, dan pastinya kehangatan percakapan kita; dulu. Setiap detik
dalam kesepian, selalu muncul jutaan pertanyaan yang aku sendiri tak dapat
memahami maksudnya.
“Jika
ada seribu lelaki, kenapa aku harus dipertemukan denganmu? Mengapa aku harus
jatuh hati pada sosokmu? Mengapa harus kamu yang menyematkan luka dihatiku? Apakah
cinta pertama selalu menyakitkan?”
Dan
beberapa pertanyaan di atas sudah terlalu sering melekat di otakku, dan syaraf-syaraf
motorikkku pun (mungkin) sudah sangat mengenalnya.
Beberapa
waktu lalu, aku tak sengaja mendownload lagu D’Masiv ; Aku dan Kamu (Tuhan yang Tahu). Liriknya sangat
menyentuh, bisa dibilang sama persis seperti perasaanku padamu.
Aku
juga mulai memahami, bahwa Tuhan memiliki alasan khusus mempertemukan aku dan
kamu. Dan tentunya rantai takdir kita juga tidak akan berakhir seperti saat
ini.
Jika
di sini yang kutahu hanya aku yang mencintaimu, cuma aku yang menangis terluka
karena menyembunyikan perasaanku, sepertinya aku salah. Kamu tentu mengetahui
perasaanku padamu. Kamu tipe pria sensitive yang akan mengetahui dengan cepat
jika ada seseorang yang diam-diam mengagumimu. Meskipun kamu tidak pernah
peduli terhadapnya, setidaknya kamu tahu (kamu jahat).
Sepertinya
bila membahas perasaan panjang lebar, akan menorehkan kisah seperti dahulu. Akan
ada air mata yang mengalir dengan sendirinya, akan ada luka baru yang tergores.
Aku
juga lelah terus-menerus memperjuangkan kamu yang tidak peduli terhadapku. Kamu
sudah memilih jalanmu dan aku juga akan memilih jalanku. Cepat atau lambat kita
akan saling melupakan. Tidak!! Hanya aku yang harus melupakan kamu. Sedang kamu
sudah sedari dulu melupakanku. Aku hanya molekul debu yang tak pernah kau
hiraukan keberadaannya.
Bagaimanapun
bentuk perasaanku terhadapmu, tentu hanya aku dan kamu yang mengerti dan Illahi
juga yang Tahu. Karena seluruh perasaan, sebilah senyuman, sekecup luka, juga
sebersit kejenuhan adalah anugerah dari Yang Kuasa, agar kita senantiasa
mensyukuri nikmatnya.
21.09
| 041113
D’Masiv
; Aku dan Kamu (Tuhan yang Tahu)
Romansa yang terluka
Romansa yang terluka
Zatul
Omaira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar