Pengagum Rahasia #5


“Tuing… tuiing…” handphoneku berdering, menandakan sebuah pesan telah masuk. 

“From : 08526070xxxx | Assalamualaikum Wr.Wb | Apa kabar teman kecilku kecilku? Semoga selalu dalam lindungan-Nya. Kau pasti bertanya-tanya ini siapa? Aku tak ingin membuatmu semakin penasaran, ini aku Arya. Sahabat kecilmu dulu di desa. Masihkah kau ingat padaku, Rara?”

“Arya… Arya siapa?” batinku. Kubuka kembali seluruh memori otakku, kucari-cari file yang berisi atau menyangkut dengan nama Arya. Sekian lama aku berpikir keras, akhirnya aku dapat menemukan nama Arya. Ya, teman kecilku dulu, sebelum keluargaku pindah ke kota. 

Arya adalah sosok yang sangat kukagumi dahulu. Kami memang telah berteman sejak kecil. Namun, usiaku dan Arya tidaklah sebaya. Ia lebih tua dua tahun dariku. Arya memang sejak kecil telah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Dia selalu menjadi penengah jika ada keributan di antara anak-anak. Bukan karena ia lebih dewasa dari kami, namun, sikap bijaksananyalah yang membuatnya begitu di segani. Dan….
“Tuing… tuiiing…” handphoneku kembali berdering, menyadarkanku dari ingatan masa lalu.
“From : 08526070xxxx | Kok gak dibalas sih Ra? Lagi bengong atau belum baca?”
Segera kuketik balasan untuknya.
“To : 08526070xxxx | Waalaikumsalam Wr.Wb| Afwan telat balas. Alhamdulillah aku sehat, kak Arya bagaimana kabarnya? Awalnya aku memang gak ingat, tapi setelah berpikir keras, akhirnya aku bisa ingat. Hehehe… | Oh ya kak, bagaimana kau bisa tahu nomor hpku?” sekali klik, pesan itupun terkirim.
Beberapa saat lamanya aku menunggu, akhirnya ia membalas pesanku.
“From : 08526070xxxx | Alhamdulillah juga. Kalau kamu sampai gak ingat sama aku Ra, kalo ketemu tak tabok kamu, wkwkwkw!!! | Nomor handphone kamu mah gampang banget dapetinnya, tuh di facebookmu terpampang.”
“To : 08526070xxxx | Kalau kamu tabok, aku ngadu ke mamaku Kak, hihihi… | Masasih? Rasanya udah kuhapus nomorku di facebook, lagipun kayanya kita gak berteman deh???” balasku dengan rasa penasaran yang semakin meluap-luap.
“From : 08526070xxxx | Iya, beneran Ra. Mending kamu cek dulu deh profil facebookmu, kasian nomormu jadi buruan umum. Kita berteman kok di facebook, kamu aja gak tahu akun aku.” Balasnya singkat.
“To : 08526070xxxx |Okedeh kak, aku cek dulu.” Balasku lagi.
Segera kunyalakan lappy kesayanganku dan melihat dataku di facebook. Ternyata apa yang dikatakan kan Arya benar. Nomorku belum terhapus, padahal satu minggu yang lalu aku sudah menghapusnya, mungkin saja saat itu koneksi jaringan kurang bagus, sehingga nomor hpku masih tertera untuk umum. Lalu kucoba menghapusnya lagi, beberapa saat kemudian, muncul pemberitahuan bahwa nomorku telah terhapus. Akhirnya, perasaan lega menghampiriku.
Percakapan panjang melalui sms antara aku dan kak Arya terus mengalir. Kami saling mengingat masa kecil dan juga berbagi cerita kehidupan masing-masing setelah lama tak bertemu.
Dari percakapan itulah aku mengetahui bahwa kak Arya kini sedang kuliah di Jepang, mengingat ayahnya bekerja di sana sebagai duta besar Indonesia untuk Jepang. Namun, saat ini ia sedang berada di rumah neneknya untuk berlibur.
Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 wib. Tanpa terasa, waktu tidurku telah terlewatkan satu jam. Biasanya, mataku tak akan tahan melewati pukul 21.00, langsung runyam ke pulau kapuk. Tapi, percakapan dengan kak Arya telah merubahnya. Ku akhiri percakapan kami, karena mengingat besok hari senin dan aku harus hadir lebih awal ke sekolah, karena kelasku bertugas sebagai pelaksana upacara.
Kupejamkan mataku dan jiwa ini langsung terbang ke negeri mimpi. Menjemput impian yang berbayang semu.
Bersambung…
My Sweet Room | 310314
19.46
Zatul Omaira

Pengagum Rahasia #4


Lamunan siangku berakhir tatkala sebuah suara yang taka sing lagi mengucapkan salam. Akupun segera beranjak sembari merapikan diriku, lalu membuka pintu rumah.

Seperti dugaanku, yang datang adalah sahabatku tersayang, Tia dengan buku-bukunya. Aku hampir lupa bahwa kami telah berjanji untuk belajar bersama hari ini. Ujian akhir sudah berada di pelupuk mata, nyatanya persiapan kami masih seujung kuku. Sedangkan aku sibuk memikirkan si Ravers itu.
“Eh, kok malah bengong.” Celutuk Tia menyadarkanku.

“He..hehe.., masuk say..” jawabku kikuk mempersilakan Tia masuk. Ada segurat kebingungan yang tergores di wajahnya, namun segera ditepisnya.

“Ra, kita belajar matematika ya, tentang limit aja. Dari semalam aku coba nyelesain soal-soal latihan, tapi satupun gak ada yang berhasil.” Jelasnya panjang lebar.

“Terserah kamu aja dan kalau aku bisa..!” jawabku sekenannya sambil bangkit untuk mengambil buku dan peralatan tulis.

Tia langsung membuka bukunya. Sedang aku masih mematung di kamar, melamunkan sesuatu yang aku sendiri tak mengerti maksudnya. Kutepis jauh-jauh perasaan gelisahku. Setelah semua yang kubutuhkan lengkap, segera kutemui Tia yang terlihat serius. Baru kali ini aku bisa menatap langsung keseriusan dan bara semangat di wajah sahabatku itu. Aku hanya tersenyum tipis, mengingat bagaimana sulitnya merayu Tia untuk lebih giat lagi.

“Kok lama banget sih ngambil bukunya, apa bongkar gudang dulu?” tanya Tia dengan wajah cemberutnya.

“Enggak kok, aku cuma bongkar rumah aja tadi, soalnya aku simpan bukunya di bawah tanah..” balasku.

“Hahahah..., kok gitu? Pasti takut dicuri maling ya???” ledeknya lagi.

“Iya, apalagi malingnya secantik kamu. Wkwkwkwk!!!!” jawabku menyindir Tia.

“Haduh.. haduh.. Raraku sayang, aku tau kalau aku emang cantik dari lahir, tapi gak berbakat jadi maling. Apalagi malingin buku kamu, ogah!!!!!”

“Ogah, sih ogah, tapi kalau terpaksa mau juga kan???”

“Enak aja!!” jawabnya sewot.

“Yaudah, yaudah, gitu aja kok marah.” Ledekku.

“Enggak marah kok sayang. Jadi kita mau lanjut perang atau lanjut belajar nih?” jawab Tia mulai serius.

“Belajar donk. Yuk, cusssss!!!!” ucapku gembira.

“Oh iya Ti, kamu mau minum apa?”

“Apa aja boleh, asal jangan air garam, air sumbur, sama air comberan.”

“Lha, yang ada cuma itu. Jadi gimana?”

“Ohh, enggak apa-apa Ra. Aku puasa hari ini...!”

“Puasa dari Hongkong!!” jawabku sambil berlalu ke dapur.

Setelah selesai menyiapkan minuman dan makanan ringan ala kadarnya, kami pun melanjutkan belajar. Kali ini sangat serius. Tidak ada candaan atau permasalahan apapun selain materi pelajaran yang kami bincangkan. Seperti biasa, rasa kantuk memang rajin datang ketika rasa rajin juga sedang menemani.

Bersambung…
My Sweet Room …
 310314 | 15.15
Zatul Omaira

Pengagum Rahasia #3


Tidur siangku yang indah telah porak-poranda oleh keributan di luar. “Benar-benar gak berpendidikan, gak beretika, dasar orang hutan!!!!” gerutuku mengutuki simpatisan parpol yang sibuk berkampanye.

Tidak bisa dihindari dan tidak mungkin menyalahkan siapapun, karena rumahku memang terletak di dekat jalan utama. Namun, cara mereka melakukan aksinya tidak bisa ditolerir. Mengendarai kendaraan ugal-ugalan, mencaci maki dan meneriaki orang lain, dan berkelakuan seolah-olah penguasa adalah hal yang paling kubenci. Tidak salah jika aku menutup telinga ketika orang lain sibuk membanggakan kader-kader parpol tersebut.

Moodku telah hancur, dan bisa dibayangkan bagaimana kusutnya raut wajahku. Kuambil handphoneku, lalu kuputar music untuk memperbaiki suasana hatiku. 

Apakah kau juga merasa?
Apakah kau juga masih menanti?
Semua buatku bertanya…
Aku harus bagaimana?
Oh mengapa???????
Semua kisah yang telah lalu…
Terlalu indah untuk dilupakan…
Yang buatku masih merasa,
Yang buatku masih berharap,
Yang buatku masih menanti…
Tenggalam dalam mimpiku
Dan bayangan dirimu
Buatku berharap kau kembali bersama
Tenggalam dalam mimpiku…
Dan bayang-bayang semu…
Kan kuakhiri semua penantianku
Sampai di sini…
Sampai di sini…
Mungkin kau telah pergi,
Dan mungkin tak kembali,
Tapi kau kan selalu hidup di hatiku…

Setelah mendengar lagunya Calvin Jeremi tersebut, moodku bukannya semakin membaik,namun sebaliknya. Hancur lebur tak bersisa. Bagaimana tidak, lirik-lirik dalam lagu itu telah berhasil membuatku kembali mengingatnya. Orang yang tak ku kenal, tapi selalu ada untukku, sehingga aku menganggapnya penggemar beratku dan kuberi nama “Ravers” yang merupakan singkatan dari Rara Lovers. (Hehehehehe #ngawurrr)

Tiba-tiba saja, ada rindu yang menyusup halus ke dalam relung jiwaku. Aku merindukan sosok itu. Sosok yang selalu membuatku jengkel, tapi semakin penasaran terhadapnya. 

Sudah seminggu sejak dia memberiku kejutan, tak ada kabar darinya. Tak ada pesan, tak ada hal-hal aneh yang biasanya sering ia lakukan. Sosok itu seakan lenyap ditelan bumi.

“Lha, kok aku mikirin dia sih? Kenapa harus cemas kalau dia gak ada kabar, harusnya kan aku senang, gak ada lagi yang neror…” gumamku dalam hati.

Aku duduk di sudut kamar. Memandangi langit sore yang membiru cerah. Ku lihat layang-layang berjajaran di sana, seakan bebas menikmati indahnya angkasa.

“Tapi, sepi juga ya tanpamu *Ravers*…” lirihku.

Bersambung...

My Sweet Room | 21.55
Zatul Omaira

Tatapan Langit Senja

Kala rindu mencekam asa

Mendesak batin terpilah sembilu

Masih ada kasih yang tersimpan di sudut hati..

Dalam kelelahan yang membara

Masih ada cinta yang tercurah untukmu…

Langit senja menatapku pilu

Seakan paham akan jiwa yang hampa

Tapi kau tak pernah peduli pada rasaku

Kau acuhkanku dalam gemingan

Kau biarkan cemburu memuai

Berkobar bagai sinisnya tatapan senja


Senandung senja 
dalam kemelut reaksi redoks…
230214
Zatul Omaira