Pengagum Rahasia #3


Tidur siangku yang indah telah porak-poranda oleh keributan di luar. “Benar-benar gak berpendidikan, gak beretika, dasar orang hutan!!!!” gerutuku mengutuki simpatisan parpol yang sibuk berkampanye.

Tidak bisa dihindari dan tidak mungkin menyalahkan siapapun, karena rumahku memang terletak di dekat jalan utama. Namun, cara mereka melakukan aksinya tidak bisa ditolerir. Mengendarai kendaraan ugal-ugalan, mencaci maki dan meneriaki orang lain, dan berkelakuan seolah-olah penguasa adalah hal yang paling kubenci. Tidak salah jika aku menutup telinga ketika orang lain sibuk membanggakan kader-kader parpol tersebut.

Moodku telah hancur, dan bisa dibayangkan bagaimana kusutnya raut wajahku. Kuambil handphoneku, lalu kuputar music untuk memperbaiki suasana hatiku. 

Apakah kau juga merasa?
Apakah kau juga masih menanti?
Semua buatku bertanya…
Aku harus bagaimana?
Oh mengapa???????
Semua kisah yang telah lalu…
Terlalu indah untuk dilupakan…
Yang buatku masih merasa,
Yang buatku masih berharap,
Yang buatku masih menanti…
Tenggalam dalam mimpiku
Dan bayangan dirimu
Buatku berharap kau kembali bersama
Tenggalam dalam mimpiku…
Dan bayang-bayang semu…
Kan kuakhiri semua penantianku
Sampai di sini…
Sampai di sini…
Mungkin kau telah pergi,
Dan mungkin tak kembali,
Tapi kau kan selalu hidup di hatiku…

Setelah mendengar lagunya Calvin Jeremi tersebut, moodku bukannya semakin membaik,namun sebaliknya. Hancur lebur tak bersisa. Bagaimana tidak, lirik-lirik dalam lagu itu telah berhasil membuatku kembali mengingatnya. Orang yang tak ku kenal, tapi selalu ada untukku, sehingga aku menganggapnya penggemar beratku dan kuberi nama “Ravers” yang merupakan singkatan dari Rara Lovers. (Hehehehehe #ngawurrr)

Tiba-tiba saja, ada rindu yang menyusup halus ke dalam relung jiwaku. Aku merindukan sosok itu. Sosok yang selalu membuatku jengkel, tapi semakin penasaran terhadapnya. 

Sudah seminggu sejak dia memberiku kejutan, tak ada kabar darinya. Tak ada pesan, tak ada hal-hal aneh yang biasanya sering ia lakukan. Sosok itu seakan lenyap ditelan bumi.

“Lha, kok aku mikirin dia sih? Kenapa harus cemas kalau dia gak ada kabar, harusnya kan aku senang, gak ada lagi yang neror…” gumamku dalam hati.

Aku duduk di sudut kamar. Memandangi langit sore yang membiru cerah. Ku lihat layang-layang berjajaran di sana, seakan bebas menikmati indahnya angkasa.

“Tapi, sepi juga ya tanpamu *Ravers*…” lirihku.

Bersambung...

My Sweet Room | 21.55
Zatul Omaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar