Pengagum Rahasia #4


Lamunan siangku berakhir tatkala sebuah suara yang taka sing lagi mengucapkan salam. Akupun segera beranjak sembari merapikan diriku, lalu membuka pintu rumah.

Seperti dugaanku, yang datang adalah sahabatku tersayang, Tia dengan buku-bukunya. Aku hampir lupa bahwa kami telah berjanji untuk belajar bersama hari ini. Ujian akhir sudah berada di pelupuk mata, nyatanya persiapan kami masih seujung kuku. Sedangkan aku sibuk memikirkan si Ravers itu.
“Eh, kok malah bengong.” Celutuk Tia menyadarkanku.

“He..hehe.., masuk say..” jawabku kikuk mempersilakan Tia masuk. Ada segurat kebingungan yang tergores di wajahnya, namun segera ditepisnya.

“Ra, kita belajar matematika ya, tentang limit aja. Dari semalam aku coba nyelesain soal-soal latihan, tapi satupun gak ada yang berhasil.” Jelasnya panjang lebar.

“Terserah kamu aja dan kalau aku bisa..!” jawabku sekenannya sambil bangkit untuk mengambil buku dan peralatan tulis.

Tia langsung membuka bukunya. Sedang aku masih mematung di kamar, melamunkan sesuatu yang aku sendiri tak mengerti maksudnya. Kutepis jauh-jauh perasaan gelisahku. Setelah semua yang kubutuhkan lengkap, segera kutemui Tia yang terlihat serius. Baru kali ini aku bisa menatap langsung keseriusan dan bara semangat di wajah sahabatku itu. Aku hanya tersenyum tipis, mengingat bagaimana sulitnya merayu Tia untuk lebih giat lagi.

“Kok lama banget sih ngambil bukunya, apa bongkar gudang dulu?” tanya Tia dengan wajah cemberutnya.

“Enggak kok, aku cuma bongkar rumah aja tadi, soalnya aku simpan bukunya di bawah tanah..” balasku.

“Hahahah..., kok gitu? Pasti takut dicuri maling ya???” ledeknya lagi.

“Iya, apalagi malingnya secantik kamu. Wkwkwkwk!!!!” jawabku menyindir Tia.

“Haduh.. haduh.. Raraku sayang, aku tau kalau aku emang cantik dari lahir, tapi gak berbakat jadi maling. Apalagi malingin buku kamu, ogah!!!!!”

“Ogah, sih ogah, tapi kalau terpaksa mau juga kan???”

“Enak aja!!” jawabnya sewot.

“Yaudah, yaudah, gitu aja kok marah.” Ledekku.

“Enggak marah kok sayang. Jadi kita mau lanjut perang atau lanjut belajar nih?” jawab Tia mulai serius.

“Belajar donk. Yuk, cusssss!!!!” ucapku gembira.

“Oh iya Ti, kamu mau minum apa?”

“Apa aja boleh, asal jangan air garam, air sumbur, sama air comberan.”

“Lha, yang ada cuma itu. Jadi gimana?”

“Ohh, enggak apa-apa Ra. Aku puasa hari ini...!”

“Puasa dari Hongkong!!” jawabku sambil berlalu ke dapur.

Setelah selesai menyiapkan minuman dan makanan ringan ala kadarnya, kami pun melanjutkan belajar. Kali ini sangat serius. Tidak ada candaan atau permasalahan apapun selain materi pelajaran yang kami bincangkan. Seperti biasa, rasa kantuk memang rajin datang ketika rasa rajin juga sedang menemani.

Bersambung…
My Sweet Room …
 310314 | 15.15
Zatul Omaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar