Lamunan
siangku berakhir tatkala sebuah suara yang taka sing lagi mengucapkan salam. Akupun
segera beranjak sembari merapikan diriku, lalu membuka pintu rumah.
Seperti
dugaanku, yang datang adalah sahabatku tersayang, Tia dengan buku-bukunya. Aku
hampir lupa bahwa kami telah berjanji untuk belajar bersama hari ini. Ujian
akhir sudah berada di pelupuk mata, nyatanya persiapan kami masih seujung kuku.
Sedangkan aku sibuk memikirkan si Ravers itu.
“Eh,
kok malah bengong.” Celutuk Tia menyadarkanku.
“He..hehe..,
masuk say..” jawabku kikuk mempersilakan Tia masuk. Ada segurat kebingungan
yang tergores di wajahnya, namun segera ditepisnya.
“Ra,
kita belajar matematika ya, tentang limit aja. Dari semalam aku coba nyelesain
soal-soal latihan, tapi satupun gak ada yang berhasil.” Jelasnya panjang lebar.
“Terserah
kamu aja dan kalau aku bisa..!” jawabku sekenannya sambil bangkit untuk
mengambil buku dan peralatan tulis.
Tia
langsung membuka bukunya. Sedang aku masih mematung di kamar, melamunkan
sesuatu yang aku sendiri tak mengerti maksudnya. Kutepis jauh-jauh perasaan
gelisahku. Setelah semua yang kubutuhkan lengkap, segera kutemui Tia yang
terlihat serius. Baru kali ini aku bisa menatap langsung keseriusan dan bara
semangat di wajah sahabatku itu. Aku hanya tersenyum tipis, mengingat bagaimana
sulitnya merayu Tia untuk lebih giat lagi.
“Kok
lama banget sih ngambil bukunya, apa bongkar gudang dulu?” tanya Tia dengan
wajah cemberutnya.
“Enggak
kok, aku cuma bongkar rumah aja tadi, soalnya aku simpan bukunya di bawah
tanah..” balasku.
“Hahahah...,
kok gitu? Pasti takut dicuri maling ya???” ledeknya lagi.
“Iya,
apalagi malingnya secantik kamu. Wkwkwkwk!!!!” jawabku menyindir Tia.
“Haduh..
haduh.. Raraku sayang, aku tau kalau aku emang cantik dari lahir, tapi gak
berbakat jadi maling. Apalagi malingin buku kamu, ogah!!!!!”
“Ogah,
sih ogah, tapi kalau terpaksa mau juga kan???”
“Enak
aja!!” jawabnya sewot.
“Yaudah,
yaudah, gitu aja kok marah.” Ledekku.
“Enggak
marah kok sayang. Jadi kita mau lanjut perang atau lanjut belajar nih?” jawab
Tia mulai serius.
“Belajar
donk. Yuk, cusssss!!!!” ucapku gembira.
“Oh
iya Ti, kamu mau minum apa?”
“Apa
aja boleh, asal jangan air garam, air sumbur, sama air comberan.”
“Lha,
yang ada cuma itu. Jadi gimana?”
“Ohh,
enggak apa-apa Ra. Aku puasa hari ini...!”
“Puasa
dari Hongkong!!” jawabku sambil berlalu ke dapur.
Setelah
selesai menyiapkan minuman dan makanan ringan ala kadarnya, kami pun
melanjutkan belajar. Kali ini sangat serius. Tidak ada candaan atau
permasalahan apapun selain materi pelajaran yang kami bincangkan. Seperti
biasa, rasa kantuk memang rajin datang ketika rasa rajin juga sedang menemani.
Bersambung…
My Sweet Room …
310314 | 15.15
Zatul Omaira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar