“Hujan
selalu punya cerita...!!”
Sebaris
kalimat yang dulu sering kau ucapkan padaku. Saat hujan datang, banyak cerita
yang mengalir diantara kita. Kita bertemu karena hujan, juga berpisah ketika
hujan pergi. Betapa manisnya kenangan itu.
Saat
ini, di kotaku hujan turun dengan derasnya, tak memberikan sedikitpun ruang
pada mentari dan rembulan tuk tersenyum. Membiarkan sungai-sungai meluap, juga
membuka kembali album kebersamaan kita.
Tidak
terasa kita telah berpisah selama dua tahun, meski kita bertemu kembali beberapa
bulan yang lalu, sebelum kau pergi menembus masa depanmu. Dan mungkin saat ini
kau sedang sibuk menghadapi ujian pertamamu sejak resmi menjadi mahasiswa.
***
Malam
minggu bukanlah hal yang baik untukku, bukan karena aku memilih single, tetapi
hiruk pikuk kendaraan di luar sana mengganggu waktu tidurku yang sulit kudapatkan
di hari lainnya.
Gerimis
masih menemani malam. Riuh suara jangkrik dan alunan merdu ayat-ayat cinta-Nya
masih mengalun dari bibir mama. Ayat-ayat itu, sajak yang selalu kau bacakan
tafsirnya padaku.
Aku
merindukanmu. Iya, tentu saja aku merindukan segala hal yang pernah kita
lewati. Aku rindu nyanyianmu, nyanyian yang selalu kau dendangkan ketika hujan
turun. “Apakah kau juga mendendangkan nyanyian yang sama pada gadis yang kini
mengisi hatimu?”.
Mungkin
sampai detik ini, kau masih menyimpan lukamu. Tapi, kau harusnya juga tahu,
bahwa aku juga menyimpan luka yang sama. Meskipun perpisahan kita aku yang
menginginkannya, bukan berarti aku bahagia setelah kita berpisah. Bagaimana pun
kau adalah orang pertama yang berhasil mengait hatiku, meskipun kau bukan cinta
pertamaku.
So
many things I wanna say…
But
words are getting in my way…
Seperti kata Bosson dalam lagunya,
aku juga ingin mengatakan beberapa hal padamu, tetapi aku tak punya keberanian
untuk mengatakannya. Aku takut ini akan membuatmu semakin terluka. Hanya terima
kasih yang mampu kuucapkan karena kau masih menjadi orang pertama yang
mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Dan kau masih setia menyapaku, meski
aku mengabaikanmu.
Aku tahu, kau masih sulit menghapus
bayangku. Beberapa kali kau memintaku kembali, tetapi aku tak bisa. Seseorang
telah merebut hatiku, meskipun aku juga tersakiti karena cinta sepihak ini.
Namun, harusnya kau berbahagia dengan gadis itu. Ia lebih baik dariku, ia
menyayangimu dengan sepenuh hati, dan kau tidak pantas menyakitinya.
***
“Tuing..tuing…”, handphoneku
bergetar.
Segera kurain dan membuka sebuah
email masuk. Aku terkecut, terlalu sulit untuk mempercayainya. Ku baca kembali
alamat email pengirimnya, dan ternyata itu kamu. Kamu menyapaku saat aku
benar-benar merindukanmu.
“Assalamualaikum, Va.., apa kabar?”
“Waalaikumsalam, Alhamdulillah.
Kamu?”, aku membalas emailmu dengan senyum yang kusembunyikan di lubuk hati.
Percakapan kita terus berlanjut,
membelah malam yang hampir larut. Meskipun aku merindukanmu, tidak berarti
bahwa aku masih mencintaimu. Rasa cinta di antara kita memang telah pudar.
namun aku tidak ingin melupakanmu.
***
Dalam hidup, akan ada banyak hal yang
kita alami, dan semuanya akan menjadi indah setelah kita melewatinya. Ada
puing-puing penyesalan, juga ada tembok-tembok kebahagiaan yang terbangun,
semuanya adalah rekam jejak yang kan membuat kita tersenyum atau menangis
ketika ajal menjemput.
Dan kamu, tetaplah menjadi kamu.
Biarkan kita menjadi sahabat yang tentu akan saling mengenang di kemudian hari.
Sometimes it rains in December (we
all know that)
Sometimes the snow falls in June
(Don't you know that)
Although it hurts to remember
Our fall in September
I know that I'll never surrender....
Terimakasih
untuk nyanyian ini. Nyanyian hujan yang selalu kurindukan, ketika aku
merindukan kita.
Ketika hujan merekam jejak kita…
281213
|19.19
Zatul Omaira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar