Sabtu Petang #4


Senja….
Hari ini kau sangat menawan. Sang mentari menyerupai purnama sempurna dengan warna jingga yang sendu menghiasinya. Sayangnya, aku merasa lebih buruk dari pertemuan kita sebelumnya.
Senja…
Kemarin ada kalimat yang tak sengaja kubaca dari akun jejaring sosialku. Kalimat yang tentunya membuatku sakit lebih dari sebelumnya. Kalimat yang membuatku harus merelakan beberapa butiran air mata jatuh mengenangi pipi tirusku.
Senja…
Beberapa detik yang lalu aku melihat lampu hijau di layar kecilku menyala. Lampu yang menggambarkan bahwa dia juga sedang aktif berselancar di dunia maya yang kejam itu. Beberapa detik yang lalu juga dia menyukai salah satu kalimat yang tak sengaja ku tulis di dinding ratapan itu.
Senja…
Wajah itu… wajah yang dulu kurindukan. Wajah yang dulu kun anti kehadirannya, kini merubah segalanya. Aku mulai muak setiap kali melihat hadirnya di balik monitorku. Aku benci ketika mereka menyebut namanya, bahkan aku tak lagi bisa mendengar segala hal yang berhubungan dengannya. Tiap kali mereka menyebutnya, hatiku perih. Otot-ototku tak lagi bisa bergerak, aku mati rasa.
Senja…
Kamu tahu segalanya. Kamu sangat mengerti tentang luka yang kian hari kian membesar. Aku tak lagi bisa mengungkapkan bagaimana rasa perih yang mendera. Aku tak punya kekuatan untuk menghadapi kekejaman dunia terhadapku. Adakah salahku yang demikian hebat, hingga harus kuterima perih yang menyesakkan ini?
Senja…
Walaupun kau mulai bosan dengan ocehanku yang tak bermakna ini, ku harap kau tak pernah meninggalkanku. Aku selalu merasa lebih baik jika menumpahkan segalanya padamu. Kamu lebih mengerti dari mereka yang memiliki nurani.
Senja…
Sampaikan jutaan terimakasihku pada Rabbi atas kenikmatan dalam tiap tarikan nafasku. Tolong bantu aku menebus salahku pada-Nya karena lebih mencintai ciptaan-Nya daripada mencintai-Nya yang jauh lebih mencintaiku dari segalanya.
Senja…
Kau percaya padaku bukan, bahwa suatu saat nanti cerita kita tak lagi dihiasi kisah tentangnya…


14092013
Zatul Omaira

2 komentar: