Aku
bingung harus memulai darimana. Terlalu banyak sudut yang terbentuk ketika
pertemuan kita berlangsung. Tak ada yang istimewa, tak ada yang dapat
dibanggakan dari sebuah pertemuan layaknya sebuah seminar. Kita hanya perlu
duduk, mendengarkan, memahami, lalu mengamalkan segala ilmu yang kita peroleh.
Entah
kenapa, ketika seorang teman mengirimkan pesan yang berisi sebuah kalimat yang sangat
menakjubkan maknanya, seketika itu wajahmu langsung melayang dalam pikiranku,
detik yang menginspirasi untuk menulis beberapa baris tentang (kita) takdir
yang tak berpihak padaku pun datang.
Di
luar sana, hujan dengan derasnya sedang membasahi tanah. Membersihkan semua
kotoran (dosa) yang mengeras di dinding bumi. Rintihannya terdengar jelas membuatku
beranjak menepi pada sisi jendela. Berharap ada pelangi yang muncul di langit
malam (harapan bodoh; mustahil).
Kamu
tentu tahu lagunya Afgan “Untukmu Aku Bertahan”. Liriknya sangat mengesankan,
penuh makna bagi mereka yang sabar dalam penantian. Kamu pasti bingung mengapa
aku mengaitkannya dalam cerita ini? Itu karena, aku juga mengalami hal yang
sama.
Kamu
tahu tentang semua rasa yang kupendam dalam. Namun, kamu tidak pernah
memperdulikannya, kamu mengabaikannya, kamu menganggap tidak pernah tahu apapun.
Tapi, caramu salah. Semakin kamu menghindariku semakin besar celah cinta yang
terbentuk. Semakin aku memberontak melupakannya, semakin kuat kenangan kita
tertanam dijiwaku.
Tuan...!!!
Sebutan itu pantas untukmu bukan? Aku tidak punya kosa kata lebih banyak untuk
menyebutmu. Jika ku panggil sayang, tentu sangat tidak pantas. Mungkin saja
dapat menimbulkan menimbulkan kekacauan hebat, (mungkin) ada yang cemburu.
Aku
memilih memendam perasaanku. Aku memilih mengubur rinduku. Aku membuat
segalanya tampak indah, tanpa ada yang tahu saat kesepian menjuntai hanya air
mata yang dapat member jawaban.
Aku
tidak punya banyak kekuatan untuk mendapatkan perhatianmu. Aku tidak tahu
bagaimana cara menggunakan trik jiku untuk memilikimu. Aku juga tidak ingin
merubah diriku demi menarik simpatimu. Aku hanya ingin menjadi diriku, aku yang
(mencintaimu diam-diam) apa adanya.
Di
zaman yang penuh kebebasan ini, orang-orang menyebutnya zaman munafik jika
bertahan dalam kesendirian. Tapi, aku tetap memegang teguh suruhan Illahi. Aku
tidak buta juga tidak tuli, sehingga pantas jika terkadang timbul rasa iri terhadap
mereka yang dengan mudah mengekspresikan perasaan pada lawan jenisnya.
Syukurlah, Tuhan masih menyayangiku, Ia memberiku mereka yang selalu setia
mendukung jalanku.
Adakah
yang bisa dibanggakan dari sebuah relationship yang tidak pernah diakui
agama??? Adakah yang pantas ditangisi pada kepergian seseorang yang tak
terhubung darah, seseorang yang bahkan tak pantas untuk ditatap?? Ini zaman
yang mengerikan. Ini dunia yang kejam. Dunia yang lebih sadis dari seorang ibu
tiri!!!
Tuan...!!
Aku sadar jika aku tak pantas mencintaimu. Namun, seperti yang kamu tahu, cinta
itu datang dari Illahi, dan aku hanya bisa pasrah dengan takdirku.
Tuan…!!
Aku merasa lebih baik tidak pernah memilikimu daripada Tuhan hanya
meminjamkanmu sesaat, lalu membawamu pergi dan membiarkan aku nelangsa dalam
lukaku. Aku juga tidak butuh sebuah hubungan yang tingkat kepastiannya hanya
0,01%. Aku memilih terluka.
Tuan…!!
Tahukah kamu?
Aku
lelah terus mencintaimu dalam diam. Aku ingin mendengarmu menyapaku, aku juga
ingin kamu melihatku, meski dari jauh. Tapi, keinginan hanya tetap menjadi
sebuah keinginan. Kamu terlalu sibuk dengan duniamu. Ya, kamu lebih mencintai
Illahi sehingga menutup mata dan hatimu akan cinta dari insan-Nya.
Tuan…!!!
Setelah sekian lama aku memahat luka dihatiku, aku sadar bahwa aku harus
bangkit. Aku jenuh, aku lelah, aku muak terus menerus memikirkanmu yang tak
pernah menghiraukanku. Dan ternyata Illahi menjawab doaku. Aku merasa
perasaanku padamu mulai memudar, meski butuh waktu panjang untuk menghapusnya.
It’s so hard to say goodbye to
yesterday, but it’s my choice. Dalam sujud malam
bersama gemercik hujan yang menggebu, aku melepasnya. Peluk aku Rabbi………..
19.00|11213
Terinspirasi dari sms Liza dan kisah manis Ayu...
Illahi pasti akan memeluk kalian (kita)…
Terinspirasi dari sms Liza dan kisah manis Ayu...
Illahi pasti akan memeluk kalian (kita)…
Zatul Omaira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar