Melepasmu dengan Luka


Dear My Ex Moodbooster…

Selamat malam “Prince Charming” yang mungkin sedang sibuk dengan tugas-tugas studimu. Atau mungkin sedang tertawa menyaksikan bintang dengan seseorang. Ahh, apapun yang sedang kau lakukan, aku hanya ingin menyapamu melalui beberapa huruf.

Terima kasih, karena telah menjadi “moodbooster” untukku beberapa waktu yang lalu, tepatnya saat masa-masa perjuangan yang mendebarkan. Ada yang masih mengganjal erat di hatiku. Sesuatu yang terlalu sulit terhapus dari memori, dan itu kamu, bayangmu, kedekatan kita, semua yang terjadi di masa lalu.

Tuhan sepertinya memang telah menulis scenario untuk kita perankan, kamu dan aku menjadi tokoh protagonis, namun kamu tidak sepenuhnya berperan menjadi orang baik, kamu terkadang menjadi orang jahat (karena kamu tidak pernah membaca isi hatiku).

Tuan..!! Aku masih normal dan sangat sadar, kau memang “Prince Charming”, lelaki impian semua wanita, dan aku cuma “upik abu”, dan dunia tentu saja kita tak akan menerima kita bersanding. Namun, bukankah Cinderella juga seorang “upik abu”, tetapi ia bisa hidup bahagia dengan pangerannya? Salahkah ketika aku jatuh di jiwamu? Mungkinkah kita akan berakhir bahagia seperti dalam dongeng Cinderella?

Ahh, lagi lagi aku menghayal terlalu tinggi, hingga sangat kesakitan ketika terjatuh membentur ranjau-ranjau yang kau siapkan. Donegeng tetaplah dongeng, terlalu mustahil untuk terwujud di dunia nyata.

Tuan!!
Meskipun kutahu, memimpikanmu bukanlah hal yang baik untuk kesehatan rohaniku, tapi datanglah dalam mimpiku. Aku sangat merindukanmu, entah berapa liter air mata yang terbuang sia-sia saat kulalui dingin malam dalam rindumu. Kau tahu bagaimana rasanya memendam rindu seperti saat kau menanti seseorang, maka seperti itulah perih batin yang kurasakan.

Tuan!!
Entah berapa kali aku telah mengucapkan janji untuk melupakanmu, namun segalanya menjadi sangat sulit, ketika mereka kembali menyebut namamu. Ketika namamu muncul di monitorku, ketika beberapa nyanyian mengisahkan tentang kita.

Aku tak tahu pasti bagaimana perasaanmu terhadapku. Adakah kau menganggap kehadiranku? Apakah kau masih mengingat kenangan kita? Dan mungkinkah kau tahu seperti apa isi hatiku untukmu? aku tak dapat memastikannya dengan jelas. Namun, pengabaianmu membuatku menyimpulkan bahwa aku bukan siapa-siapa untukmu.

Memang sulit untuk melupakan secercah cinta, namun terus berusaha tidak ada salahnya. Iya, aku akan melepasmu meski itu dengan luka. Dan kuharap, kau selalu menjadi dirimu, sosok yang sedingin es, sosok yang mampu meluluhkan hati wanita manapun ketika mereka menatapmu.

Untuk seorang teman yang sedang kesepian…
Simpan air matamu untuk seseorang yang lebih berharga….
090114
Zatul Omaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar