Pengagum Rahasia #1


              
“Tuing, tuing……!! Sebuah pesan masuk ke ponselku.”

“From : 08236171xxxx | Selamat tidur, semoga selalu dalam lindungan-Nya .”

“Hmm, dia lagi dia lagi!” gumamku dalam hati.”

Sudah beberapa minggu ini, setiap malam aku selalu menerima pesan dari nomor tersebut dan isinya selalu sama. Aku sudah mencari tahu kemana-mana, namun hasilnya nihil. Begitu juga setiap kali aku membalas pesannya dan menanyakan namanya, dia hanya membalas “hamba Allah” dengan smile khas senyum itu, dan hal itu membuatku semakin kesal hingga tak pernah menghiraukan pesan darinya lagi
***
“Cha, udah tugas kelompok kita gimana? Udah selesai belum?”, tanya Tia.

“Tugas kelompok apaan?”, jawabku kebingungan.

“Haduh Icha, tugas kelompok yang judulnya Termodinamika, kita presentasi hari ini?”

“Apa? Kok kamu baru bilang sekarang?”

“Lho, aku kira kamu ingat..!”

“Yaelah, jadi gimana ini?”

“Enggak tau, mending kita ke lab computer, terus download di internet aja.”

“Yaudah, ayooooo!!!”, jawabku sambil menarik tangan Tia.
***
Beberapa saat lamanya kami mencari tugas tersebut, namun hasilnya nihil. Tidak ada file yang selengkap permintaan bu Ira. Dan kami tak memiliki waktu lagi. Akhirnya, aku dan Tia menyerah. Kembali ke kelas dengan wajah lesu.

“Tamatlah riwayat kita Cha..!!”, ucap Tia padaku.

“Huft…..!!! Yasudahlah, terima saja hukuman kita!”, jawabku lemas.

Cuaca hari ini hangat cerah, teriknya mentari seakan membakar kulit hingga lapisan ketujuh. Aku tak kuasa membayangkan hukuman yang akan kami terima. Bisa saja di jemur di terik matahari sampai pulang, karena Fisika berada di tiga jam terakhir. Pasti kami akan seperti ikan asin atau dengdeng daging.

Sampai di kelas, ku telengkupkan tangan ke wajahku. Aku tak ingin berakhir sesial ini. Secara, seorang Icha yang tak pernah lupa mengerjakan tugas selama duduk di bangku sekolah, pada hari ini telah memusnahkan rekornya. Tiba-tiba handphoneku kembali berdering, ada sebuah pesan.
“From : 08236171xxxx | Periksa laci mejamu Tuan Putri, jangan galau!! ^_^

Sontak saja aku terkejut membaca pesan tersebut, seribu tanya bermunculan di benakku.

“Periksa laci mejamu, apa maksudnya ini? Siapa dia? Kok tau aku lagi galau?”, tanyaku pada Tia yang masih cemas di sampingku.

“Entah! Coba deh periksa lacimu Cha?”, jawab Tia menyadarkanku.

Aku pun segera memeriksa laci mejaku. Aku menemukan sebuah kotak yang diikat rapi dengan pita. Segera kubuka kotak itu.

Bersambung……
My sweet room, 070314
Zatul Omaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar